BAB 1
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.(Yuda, 2010)
- Tujuan Penulisan
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
- Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I
- Memberikan pengetahuan tentang Infus
- Kesimpulan yang berguna untuk memberikan resume dari penjelasan isi makalah keseluruhan agar dapat berguna bagi pembacanya.
BAB II
PEMBAHASAN
- PENGERTIAN
Pemberian cairan intravena (infus) yaitu memasukan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set (potter,2005). Tindakan infus diberikan pada kliendengan dehidrasi, sebelum transfusidarah, pra dan pasca bedah sesuaiprogram pengobatan, serta klien yangsistem pencernaannya terganggu.
Keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah :
- Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
- Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
- Fraktur tulang, khususnya di pelvis (panggul) dan paha
- Kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi
- Diare dan demam
- Luka bakar luas
- Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung
Pengganti cairan dan elektrolit secara parenteral
cairan dan elektrolit diganti melalui cairan infus yang diberikan seara langsung kedalam darah bukan asupan melalui sistem cerna. Pengantian parenteral meliputi pemberian nutrisi parenteral total (NPT) , terapi cairan dan elektrolit inter vena serta pergantian darah.
Peralatan akses vaskular (vaskular akses devices, PAV)
Terdiri dari kateter, kanula, tempat-tempat infus yang dirancang untuk akses berulang kesistem vaskuler dalam panjang. Tempat masuknya infus (infusition port) lebih aman dari pada kateter yang dipasang secara perifer dan terbukti meningkatkan mekanisme penghantaran terapi intra vena jangka panjang. ketetr sentral yang dimasukkan secara perifer (peripherally inserted central catheter, PICC).
Terapi intravena. Tujuan pemberian cairan IV ialah untuk mencegah atau mengoreksi gangguan cairan dan elektrolit, misalnya seorang klien yang menderita luka bakar derajat 3 yang mengenai 40% permukaan, berda dalam kondisi sakit yang kritis dan membutuhkan pegaturan terapi IV yang teliti karena adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit yang terus menerus.
Apabila pemberian cairan IV dibutuhkan dan diprogramkan oleh dokter, perawat harus mengidentifikasi larutan yang benar, peralatan, dan prosedure yang dibutuhkan untuk memulai , mengatur dan mempertahankan sistem. Perawat juga harus mengidentifikasi dan mengoreksi masalah serta menghentikan infus.
Tipe larutan banyak tersedia larutan elektrolit siap pakai. Kategori larutan elektrolit terbagi menjadi : isotonik , hipotonik dan hipertonik. Suatu larutan bersifat isotonik apabila osmolaritasnya mendekati osmolaritas plasma. Larutan hipotonik ialah larutan yang memiliki osmolaritas kurang dari osmolaritas plasma dan larutan hipertonik ialah larutan yang memiliki osmolaritas lebih besar dari osmolaritas plasma. Secara umum, cairan isotonik digunakajn untuk penggantian volume ekstrasel (misal, kelebihan volume cairan setelah muntahyang berlangsung lama). Keputusan untuk menggunakan larutan hipertonik atau hipotonik didasarkan pada ketidakseimbangan elektrolit yang spesifik.
Peralatan seleksi dan penyiapan peralatan yang benar memungkinkan pemasangan selang intravena menjadi aman dan cepat kerna cairan dimasukkan kealiran darah nmaka membutuhkan tekhnik steril. Peralatan standar meliputi larutan dan selang intravena jarum atau kateter, antiseptik,turnikuet, sarung tangan dan balutan.
- TUJUAN PEMASANGAN INFUS
1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang menganung air, elektrolit,vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuatmelalui oral
2. Memperbaiki keseimbangan asam basa
3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah
4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh
5. Memonitor tekan Vena Central (CVP)
6. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan
- PERALATAN AKSES VENA
Terapi intravena. Tujuan pemberian cairan IV ialah untuk mencegah atau mengoreksi gangguan cairan dan elektrolit, misalnya seorang klien yang menderita luka bakar derajat 3 yang mengenai 40% permukaan, berda dalam kondisi sakit yang kritis dan membutuhkan pegaturan terapi IV yang teliti karena adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit yang terus menerus.
Apabila pemberian cairan IV dibutuhkan dan diprogramkan oleh dokter, perawat harus mengidentifikasi larutan yang benar, peralatan, dan prosedure yang dibutuhkan untuk memulai , mengatur dan mempertahankan sistem. Perawat juga harus mengidentifikasi dan mengoreksi masalah serta menghentikan infus.
Tipe larutan banyak tersedia larutan elektrolit siap pakai. Kategori larutan elektrolit terbagi menjadi : isotonik , hipotonik dan hipertonik. Suatu larutan bersifat isotonik apabila osmolaritasnya mendekati osmolaritas plasma. Larutan hipotonik ialah larutan yang memiliki osmolaritas kurang dari osmolaritas plasma dan larutan hipertonik ialah larutan yang memiliki osmolaritas lebih besar dari osmolaritas plasma. Secara umum, cairan isotonik digunakajn untuk penggantian volume ekstrasel (misal, kelebihan volume cairan setelah muntahyang berlangsung lama). Keputusan untuk menggunakan larutan hipertonik atau hipotonik didasarkan pada ketidakseimbangan elektrolit yang spesifik.
Peralatan seleksi dan penyiapan peralatan yang benar memungkinkan pemasangan selang intravena menjadi aman dan cepat kerna cairan dimasukkan kealiran darah maka membutuhkan tekhnik steril. Peralatan standar meliputi larutan dan selang intravena jarum atau kateter, antiseptik,turnikuet, sarung tangan dan balutan.
- Perlengkapan dan Peralatan berhubungan dengan infus.
- Memilih Set pemberian
- Ukuran tetesan T
- Vent
- Port IV
- Tabung Volumetrik
- Pertimbangan penyaring IV
- Alat-alat pengontrol aliran
- Klem
- Alat-alat bantu
- Pompa dan alat pengontrol IV
- PUNGSI VENA
Peralatan intravena lain meliputi wadah larutan, berbagai tipe selang,dan peralatan pengendalian volume. Seringkali obat antibiotik yang disuntikan, seperti ampisilin, dapat ditambahkan kedalam kantung larutan IV berukuran kecil yang berisi 50 sampai 100 ml dan dipiggyback-kan: ke dalam selang utama untuk diberikan selama 30 sampai 60 menit.
Peralatan pengontrol volume digunakan pada anak-anak, klien yang menderita gagal ginjal atau gagal jantung, dan klien yang menderita penyakit kritis, untuk mencegah masuknya volume infus dalam jumlah besar secara tiba-tiba, dan kecepatannya tidak terkontrol.
Memasang selang intravena, setelah peralatan dikumpulkan di sisi tempat tidur, perawatan mengkaji klien untuk mencari tempat pungsi teknik yang digunakan untuk memungsi vena secara transkutan dengan mwnggunakan pemflon yang kaku dan tajam yang sebagian dilapisi oleh kateter plastik atau dengan jarum yang dipasangkan spuit. Tujuan umum pungsi vena adalah mengambil spesimen darah, memasukan obat, melalui infus IV , dan menginjeksi radiopaque atau alat perekam jejak radioaktif untuk pemeriksaan khusus.
Perawat yang mengkaji klien untuk melihat daerah pungsi vena harus mempertimbangkan kondisi, peringatan, dan kontraindikasi tentang vena-vena tertentu yang tidak boleh dipungsi. Apabila kemungkinan, semua klien sebaiknya menggunakan ekstremitas yang tidak dominan. Umumnya perawat pertama-tama harus mencari vena didaerah distal dan kemudian kedaerah proksimal. Karena klien yang berusia sangat muda dan lansia memiliki vena yang rapuh, perawat harus menghindari vena yang dengan mudah bergeser atau rapuh, seperti vena dipermukaan dorsal tangan.
Klien yang gemuk memiliki masalah saat akan dipungsi vena karena sulitnya mencari vena superficial. Klien yang kurus juga sulit untuk di pungsi vena , vena tersebut aga rapuh dan akibatnya yang dapat terjadi adalah perawat sudah memungsi seluruh vena, tetapi kateter atau jarum belum ada masuk.
Pungsi vena dikontraindikasikan didaerah yang memiliki tanda-tanda infeksi, infiltrasi, atau trombosis (bekuan). Daerah yang terinfeksi berwarna merah, kenyal, bengkak dan kemungkinan hangat saat disentuh.
Daerah yang terinfeksi tidak digunakan karena bahaya invasi bakteri dari permukaan kulit kedalam aliran darah. Tempat pungsi vena yang umum digunakan ialah tangan dan lengan. Namun, vena-vena superfisial di kaki dapat digunakan jika klien dalam kondisi tidak dapat berjalan dan kebijakan mengizinkan hal tersebut. Penggunaan kaki untuk tempat pemasangan IV lebih umum dilakukan pada klien pediatrik , tetapi biasanya dihindari pada orang dewasa.
Setelah menentukan lokasi tempat pungsi vena, perawat dengan teliti menjelaskan prosedur kepada klien. Perawat harus menjelaskan alasan diprogramkannya infus, hasil yang diharapkan dari tindakan tersebut, dan harapan perawat terhadap klien. Kateter yang berukuran besar, yang dimasukan ke dalam vena sentral, seperti vena subklavia, digunakan untuk memantau tekanan vena sentral dan untuk menghantarkan volume cairan dalam jumlah besar serta TPN.
Mengatur kecepatan aliran infus. cairan yang terlalu cepat atau terlalu lambat. Setelah infus IV difiksasi dan selang IV paten, perawat harus mengatur kecepatan infus sesuai dengan program dokter. Kecepatan infus yang terlalu lambat dapat menyebabkan kolaps kardiovaskular dan sirkulasi yang lebih lanjut pada klien yang mengalami dehidrasi, syok , atau menderita penyakit kritis. Kecepatan infus yang terlalu cepat dapat menyebabkan beban cairan berlebihan, yang sangat berbahaya pada beberapa gangguan ginjal, kardiovaskular, dan neurologis. Perawat menghitung kecepatan infus untuk mencegah pemberian
Pompa infus mengatur aliran cairan IV. Pompa ini dirancang untuk mengalirkan jumlah cairan tertentu selama periode waktu tertentu atau untuk mengalirkan cairan berdasarkan kecepatan aliran atau tetesan permenit.
Kepatenan jarum IV atau kateter memiliki makna bahwa jarum dan kateter terbuka, sehingga larutan dapat mengalir. Perawat dapat mengkaji kepatenan IV dengan menurunkan kantung larutan IV dibawah ketinggian tempat insersi dan mengobservasi adanya aliran balik darah ke selang infus. Apabila tidak ada aliran balik ke darah dan cairan infus tidak mengalir dengan mudah pada saat klien penggeseran dibuka maka mungkin terdapat bekuan di ujung kateter.
Gambar terapi Intervena:
- Prosedur
- Pungsi vena dengan menggunakan jarum berlapis kateter plastik
LANGKAH
|
RASIONAL
|
|
Karena gangguan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi setiap
sistem di dalam tubuh, perawat harus mengkaji klien secara sistematis
untuk mengidentifikasi kelainan yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan elektrolit. Berat badan setiap hari
mendokumentasikan adanya kehilangan cairan atau retensi yang terjadi.
Perubahan berat badan sebesar 1 kg berhubungan dengan retensi atau
kehilangan cairan sebanyak satu liter (1000ml) |
|
Pungsi vena adalah suatu teknik invasif , cairan IV merupakan
obat-obatan. Keduanya memerlukan resep dokter dan harus dilakukan dengan
teknik steril |
|
Dengan memastikan bahwa larutan yang akan diberikan benar dan dengan
mempersiapkan peralatan., akan membantu pemasangan selang IV yang cepat
dan aman. |
|
mengurangi rasa cemas dan meningkatkan kerjasama, membuat gaun lebih mudah dilepaskan. |
|
mengurangi resiko kontaminasi dan kecelakaan |
|
tingkatkan pemasangan atau jarum IV |
- Menggunakan Kateter Plastik
Langkah
|
Rasional
|
|
Mengurangi penularan mikroorganisme. |
|
Mempertahankan sterilitas peralatan dan mengurangi penyebaran mikroorganisme. |
|
Larutan intravena merupakan obat0obatan dan harus diperiksa dengan
cermat untuk mengurangi risiko terjadinya kesalahan. Memungkinkan
pemasukkan selang infus ke dalam larutan. |
|
Mencegah bakteri memasuki peralatan infuse. |
|
Jarak klem yang dekat dengan bilik tetesan memungkinkan pengaturan
kecepatan aliran yang lebih akurat.Mencegah cairan dengan tidak sengaja
tumpah dan mengenai klien,perawat, tempat tidur, atau lantai. |
|
Mempertahankan sterilitas larutan.
|
|
|
|
Apabila terjadi sklerosis atau kerusakan pada vena, vena yang sama didaerah proksimal masih dapat digunakkan. |
|
Mengurangi risiko kontaminasi dari bakteri pada rambut.Juga
membantu mempertahankan keutuhan balutan intravena dan membuat
pelepasan plester tidak terlalu menimbulkan nyeri. Pencukuran dapat
menyebabkan mikroabrasi dan menjadi predisposisi terjainya infeksi
(Metheny , 1996) |
|
Memungkinkan dilatasi vena sehingga vena dapat dilihat. |
|
Aliran arteri yang terhenti mencegah pengisian vena. |
|
Meningkatkan dilatasi vena. Memungkinkan penghubungan infus ke jarum dengan cepat dan lancar setelah vena dipungsi. |
|
Mengurangi pemaparan pada organism HIV, hepatitis, dan organisme lain yang dipenularan melalui darah. |
|
Yodium-providin merupakan anti infeksi topical yang mengurangi
bakteri pada permukaan kulit.Supaya efektif,permukaan kulit harus
kering. |
|
|
|
|
|
– Mengurangi aliran balik darah |
|
– Dengan menghubungkan set infuse dengan tepat, kepatenan vena dicapai mempertahnkan sterilitas |
|
– Lepaskan klem Memungkinkan aliran vena dan mencegah pembekuan aliran vena serta mencegah obstruksi aliran larutan IV |
Atur kecepatan aliran untuk mengoreksi tetesan per menit Buang sarung tangan dan persendian yang digunakan serta cuci tangan Observasi klien setiap jam untuk menentukan responsnya terhadap terapi cairan |
– Mencegah kateter lepas dari vena tanpa sengaja – Larutan atau salep yodium-povidin merupakan antiseptic topical yang mengurangi bakteri pada kulit dan mengurangi resiko infeksi local atau sistemik. Apabila menggunakan balutan transparan, larutan yodium-povidin direkomendasikan salep mengganggu perekatan balutan pada kulit. – Menceah terlepasnya infuse IV secar tidak sengaja – Balutan transparan memungkinkan observasi tempat pungsi vena yang berkelanjutan . memungkinkan mengganti selang tanpa mengganggu balutan – Menstabilkan hubungan infuse dengan kateter lebih lanjut. |
|
Memberikan data yang cepat tentang tanggal insersi IV dan dapat diketahui penggantian balutan selanjutnya |
|
Mempertahankan kecepatan aliran larutan IV yang benar, mengurangi penularan mikroorganisme |
|
memberikan evaluasi tipe dan julah cairan yang diberikan kepada klien
secara berkesinambungan inspeksi perjam mencegah terjadinya beban
cairan berlebih tanpa sengaja atau hidrasi yang tidak adekuat. |
|
mencatat dimulainya terapi IV sesuai program dokter |
- Mengatur Kecepatan Aliran IV
LANGKAH
|
RASIONAL
|
|
|
|
cairan IV adalah obat-obatan pemberian obat ini harus mengikuti lima
benar untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dalam pemberian. |
– Abbot lab 15 tts/ml – Travenol lab 10 tts/ml – McGaw lab 15 tts/ml – Baxter 10 tts/ml |
alat tetes mikro, yang juga disebut minidrik, secara universal
mengeluarkan 60 tts/ml. Namun set pemberian parenteral komersial untuk
tetesan makro juga tersedia. Perawat harus mengetahui faktor tetes
didalam selang infus. |
|
setelah kecepatan setiap jam ditentukan, dengan rumus akan diperoleh kecepatan aliran yang benar dalam jumlah tts/mnt |
|
meningkatkan keakuratan kecepatan dalam pemberian cairan. |
atau jika 4 L diprogram kan 24 jam: 4000ml+24 jam= 166,7 atau 167 ml/perjam |
Memungkinkan cairan infus mengalir dengan kecepata yang tetap selam periode yang di program kan |
|
Memberi perawat petunjuk visual mengenai kebenaran periode waktu pemberian cairan |
|
Memungkinkan perawat menghitung kecepatan aliran per menit |
|
Memastiakn kecepatan infus yang akurat. Menentukan apakah cairan yang sedang di alirkan terlalu cepat atau lambat |
1) Tempatkan monitor elektronikpada bilik tetesan dibawh asl tetesan di atas tingggi cairan dalam bilik 2) Tempatkan selang infus IV dengan bagian kotak pengontrol searah dengan aliran (misalnya, di bagian atas, bagian selang yang terdekat dengan kantung IV dan di bagian bawah selang yang terdekat dengan klien. 3) Pastikan bahwa alat pengatur kecepatan tetesan pada selang infus berada pada posisis terbuka saat pompa infus digunakan. 4) pantau kecepatan infus setiap jam 5) kaji kepatenan sistem IV ketika alarm berbunyi. Peralatan pengontrol volume 1) Tempatkan peralatan pengotrol volume diantara kantung IV dan insertion spike dari set infus 2) Masukan cairan yang akan di berikan dalam 2 jam ke dalam peralatan tersebut. 3) Kaji sistem IV sekurang-kurangnya setiap jam sekali dan tambahkan cairan ke dalam peralatan. Atur kecepatan aliran. |
1) Pompa infus IV memantau cairan berdasar kecepatan aliran atau jumlah tts/menit. 2) Pompa infus mengalirkan cairan dengan memijat dan menekan selang sehingga ciaran mengalir melalui selang. Pompa infus tidak sempurna dan tidak menggantikan fungsi pengkajian yang akurat dan sering alarm mengindikasikan bhwa monitor elektronik tidak menditeksi jumlah tetesan. 1) Mengurangi resiko peningkatan cairan yang mendadak. 2) Mencegah selang IV agar tidak kering jika perawat tidak kembali memeriksanya dalam satu jam. 3) Mempertahankan kepatenan sistem IV. |
|
Apabila timbul tanda fdan gejala dehidrasi atau hidrasi yang
berlebihan, maka kecepatan aliran yang di infuskan harus di ubah apabila
tanda-tanda infiltrasi, inflamasi, dan plebitis muncul, maka tempat
pemasangan IV hars diganti |
|
Memcatat bahwa aliran IV yang diprogramkan sedangdi berikan kepada klien. |
- Mengganti Larutan Intravena
LANGKAH |
RASIONAL |
|
– memastikan bahwa klien yang menjalani prosedur adalah klien yang benar. – mencegah kantung IV kosong sebelum diganti. Pemeriksaan mencegah kesalahan pemberian obat. Apabila resep ditulis untuk KVO, ganti larutan setiap 24 jam. Sterilitas larutan tidak dapat dipastikan lebih lama dari 24 jam. |
|
mencegah udara masuk selang IV dan mempertahankan kepatenan selang dan kateter atau jarum |
|
tetap mengalir cairan IV ke vena pada saat kantung diganti. |
|
mengurangi penularan mikroorganisme. |
|
memungkinkan penggantian larutan yang lama dengan larutan yang baru dengan cepat, lancar, dan teratur. |
|
mencegah kosongnya bilik tetesan dari sisa larutan pada saat larutan diganti. |
|
menciptakan kesejajaran dengan tinggi mata perawat. |
|
menggurangi resiko keringnya larutan di dalam bilik tetes (langkah 3) dan untuk mempertahankan sterilitas. |
|
memungkinkan gaya gravitasi membantu pengaliran cairan IV ke dalam bilik tetesan. |
|
mengurangi resiko terbentuknya embolus udara. |
|
mengurangi resiko kebocoran selang IV. |
|
memperbaiki keseimbangan cairan dan pemberian cairan sesuai program. |
|
memungkinkan evaluasi respon yang berkesinambungan terhadap terapi IV. |
- Menggangti Selang Intravena
LANGKAH |
RASIONAL |
|
– penggantian selang mencgah infeksi. Prosedur disederhanakan dengan
mengganti selang yang sudah dipasangkan dengan larutan yang baru. – lubang pada selang dapat menimbulkan masuknya bakteri kedalam aliran darah. – kontaminasi selang dapat memungkinkan masuknya bakteri kedalam aliran darah. – darah lengkap atau produk komponen darah dapat menghambat seluruh atau setengah bagian dari selang IV. CDC manganjurkan mengganti selang tidak lebih sering dari tiap 48 jam (Gardner, 1996). Memungkinkan perawat melakukan prosedur sampai selesai dengan efisien dan aman. |
2) Larutan atau salep yodium-providon. 3) Pengangkat zat perekat 4) Swab alkohol 5) Beberapa potong plester atau balutan film poliuretan 6) Sarung tangan sekali pakai |
|
|
meningkatkan kerja sama dan mencegah gerakan ekstremitas secara
mendadak, yang dapat membuat jarum atau kateter berpindah tempat. |
|
mengurangi penularan mikroorganisme |
|
memungkinkan perawat memiliki akses yang siap untuk pemasangan set infus yang baru dan mempertahankan sterilitas set infus. |
|
mengurangi resiko terpaparnya virus HIV hepatitis, dan bakteri lain yang ditularkan malalui darah. |
|
mengakomodasi lapangan yang steril untuk adapter jarum steril yang baru sebelum disambungkan ke jarum atau kateter IV |
|
hub jarum harus dapat diakses untuk memungkinkan transisi yang lancar
saat melepas selang yang lama dan masukkan selang yang baru. |
|
mencegah supaya larutan tidak tumpah setelah kantung atau botol cairan yang baru dipasang |
|
memungkinkan cairan terus mengalir melalui kateter sementara selang yang baru disiapkan |
|
menyediakan surplus di dalam bilik tetesan sehingga terdapat cukup cairan untuk mempertahankan kepatenan saat mengganti selang |
|
memungkinkan cairan terus mengalir melalui kateter semantara selang yang baru disiapkan |
|
memungkinkan mengalirnya larutan kedalam selang infus yang baru |
|
memungkinkan bilik tetesan terisi cairan dan meningkatkan aliran larutan yang cepat dan lancar melalui selang yang baru. |
|
mengeluarkan udara dari selang dan menggantinya dengan cairan. |
|
akan memungkinkan insersi selang yang baru ke dalam hub jarum dengan
lancar dan cepat sambil mempertahankan sterilitas selang infus. |
|
mencegah tumpahnya cairan saat selang dilepaskan dari hub jarum. |
|
mencegah pergeseran kateter atau jarum secara tidak sengaja. Mencegah pembentukkan bekuan di dalam kateter atau di dalam jarum. |
|
memungkinkan larutan memasuki kateter atau selang. |
|
mempertahankan aliran infus pada kecepatan yang diprogramkan |
|
mengurangi resiko infeksi bakteri dari kulit. |
|
mengurangi penularan minkroorganisme. |
|
mempertahankan kecepatan terapi IV dan menentukan apakah alat perangkat terpasang dengan kuat. |
|
mencatat prosedur dan mencatat bahwa tindakan untuk mempertahankan
sterilitas dilakukan. Memberikan informasi yang mudah di ingat ileh
semua tenaga keperawatan, mengenai waktu pengantian selang IV |
- Mengganti Balutan IV
LANGKAH
|
RASIONAL
|
|
Menginformasikan waktu lamanya balutan yang sudah terpasang sejak terakhir kali diganti. Selain itu, perawat dapat merencanakan penggantian balutan. Kelembaban nerupakan mnedia pertumbuhan bakteri. Kelembababan pada balutan yang streil membuat balutan tersebut terkontaminasi. Balutan yang tidak merekat meningkatkan resiko kontaminasi bakteri pada tempat pungsi vena atau dapat menyebabkan kateter bergeser. Penurunann kecepatan aliran yang tidak jelasatau nyeri dan pembengkakan pada daerah pungsi vena mengharuskan perawat menginvestigasi tempat pemasangan serta kepatenan kateter IV. |
|
Memungkinkan perawat melengkapi prosedur secara efisien dan aman |
|
Membantu memperoleh kerja sama klien dan memberikan kerangka waktu pada klien dalam merencanakan aktivitas pribadinya. |
|
Mengurangi penyebran mikroorganisme. |
|
Mengurangi resiko kontak dengan bakteri HIV, hepatitis, dan bakteri lain yang ditularkan melalui darah. |
|
Mencegah kateter atau jarum bergeeser tanpa sengaja, yang dapat terjadi jika selang kateter terjerat antara dua lapisan balutan |
|
Mencegah cairan IV tumpah dan membasahi tempat tidur, klien, perawat, serta lantai. Mencegah kerusakan vena. Memeriksa kateter atau jarum untuk memastikan bahwa kateter atau jarum tersebut dalam keadaan utuh. Mengontrol perdarahan dan pembentukan hematoma. |
|
Memperlihatkan tempat pungsi vena. Mencegah kateter atau jarum bergeser tanpa sengaja. |
|
Residu plester mengurangi kemampuan plester yang baru untuk merekat dengan baik pada kulit. |
Mengganti Balutan IV(Lanj.)
LANGKAH
|
RASIONAL
|
|
Gerakan memutar mencegah kontaminasi silang dari bakteri dikulit yang dekat tempat pungsi vena. |
|
Mencegah kaeter atau jarum bergesr tanpa sengaja |
|
Larutan atau salep yodium povidon merupakan antiseptic topical jenis germisida yang mengurangi bakteri dikulit. |
|
Memberikan barier untuk melawan bakteri |
|
Mencegah jarum atau plester bergeser secara tak sengaja |
|
Mendokumentasikan penggantian balutan |
|
Memvalidasi bahwa pemasangan IV paten dan berfungsi dengan baik |
- JENIS CAIRAN INFUS
- Cairan hipotonik:
- Cairan Isotonik:
- Cairan hipertonik:
Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:
- Kristaloid.
- Koloid.
Contoh :
1) Natrium Klorida 0,9 %, Komposisi : NaCl : 4,5 gr, Air untuk injeksi : 500 ml, Osmolaritas : 308 mOsm/l, Na+ : 154 mEq/l, Cl– : 154 mEq/l
2) Ringer Laktat, Komposisi : Natrium Laktat, C3H5NaO3 : 1,55 gr, Natrium Klorida, NaCl : 3,0 gr, Kalium Klorida, KCl : 0,15 gr Kalsium Klorida, CaCl2.2H2O : 0,1 grAir untuk injeksi : 500 ml, Osmolaritas : 274 mOsm/l, Na+ : 130 mEq/l, K+ : 4 mEq/l, Cl– : 109,5 mEq/l, Ca2+ : 2,7 mEq/l, Laktat (HCO3¯) : 27,5 mEq/l
3) Glukosa 5%. Komposisi : Glukosa, C6H12O6. H2O : 25,0 gr, Air untuk injeksi : 500 ml, Osmolaritas : 280 mOsm/l, Setara dengan : 800 KJ/l (190 kkal/1
- MACAM-MACAM CAIRAN INFUS
- ASERING
- Indikasi:
- Komposisi:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
- Keunggulan:
2) Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus
3) Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan isofluran
4) Mempunyai efek vasodilator
5) Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema serebral
- KA-EN 1B
- Indikasi:
2) < 24 jam pasca operasi
3) Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
4) Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
- KA-EN 3A & KA-EN 3B
- Indikasi:
2) Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
3) Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
4) Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
- KA-EN MG3
- Indikasi :
2) Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
3) Mensuplai kalium 20 mEq/L
4) Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
- KA-EN 4A
- Indikasi :
2) Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal
3) Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
4) Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
- KA-EN 4B
- Indikasi:
2) Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
3) Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
4) Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
- Otsu-NS
- Indikasi:
2) Kehilangan Na > Cl, misal diare
3) Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)
- Otsu-RL
- Indikasi:
2) Suplai ion bikarbonat
3) Asidosis metabolik
- MARTOS-10
- Indikasi:
2) Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein
3) Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
4) Mengandung 400 kcal/L
- AMIPAREN
- Indikasi:
2) Luka bakar
3) Infeksi berat
4) Kwashiorkor
5) Pasca operasi
6) Total Parenteral Nutrition
7) Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
- AMINOVEL-600
- Indikasi:
2) Penderita GI yang dipuasakan
3) Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
4) Stres metabolik sedang
5) Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
- PAN-AMIN G
- Indikasi:
2) Nitrisi dini pasca operasi
3) Tifoid
- Penghitungan Kecepatan Aliran
- Volume cairan yang diinfuskan
- Waktu infuse total
- Kalibrasi set pemberian yang digunakan (jmlah tetesan/ml,informasi ini ditemukan pada paket selang IV).
Gtt/ml dari set x volume total per jam = gtt/menit
60 menit
1000 ml selama 8 jam = 125ml/jam ; 10 gtt/ml set infuse
10 gtt/ml x 125 ml/jam = 10 gtt = 1 + 125 = 20 gtt/ menit
60 menit 60 menit 6 1
Karena 10/60 sama dengan 1/6 , volume per jam dapat dibagi dengan 6 untuk menentukan tetesan per menit pada set IV yang memberikan 10 tetes/ml.
1000 ml selama 10 jam = 100 ml/jam ; 15 gtt/ml set infuse
15 gtt/ml x 100 ml/jam = 15 gtt = 1 + 100 ml/jam = 1 + 100 = 25 gtt/menit
60 menit 60 menit 4 1 4 1
Kewaspadaan Klinik : Penghitungan untuk set selang infusnya adalah : gtt/ml/set infuse
12 gtt = 1/5 atau dibagi dengan 5
60 mnt
15 gtt = ¼ atau dibagi dengan 4
60 mnt
20 gtt = 1/3 atau dibagi dengan 3
60 mnt
60 gtt = 1 atau dibagi dengan 1
60 mnt
Seringkali volume 24 jam diinstruksikan oleh dokter.Bagi volume yang telah ditentukan dengan 24 sebelum menggunakan rumus diatas.
3000 ml/ 24 jam
3000 : 24
3000 x 1 =125 ml/jam
1 24
Untuk menghitung tetesan per menit untuk volume cairan yang ditetapkan dalam ml/jam , beralih ke langkah berikut
Gtt/ml dari set = volume total/jam = gtt/mnt
60 mnt
Jika obat piggyback IV volume kecil diberikan melalui jalur IV yang sama sebagai infuse yang kontinu, infuse IV tidak akan tepat waktu kecuali waktu yang dibutuhkan untuk menginfus obat piggyback tersebut dimasukkan dalam penghitunga total.Kurangi waktu yang diperlukan untuk infuse piggyback dari periode 24 jam sebelum menghitung tetesan / menit untuk IV yang kontinu.
Cairan IV 3000 ml 24 jam
Obat piggypack
50 ml selama 20 menit x 3 dalam 24 jam = 1 jam
24 jam – 1 jam =23 jam
3000 ml + 23
3000 x 1 = 130 ml/jam
1 23
Komplikasi yang timbul akibat kesalahan terapi intra vena
- Flebitis didefinisikan sebagai inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia maupun mekanik. Hal ini dikarakteristikan dengan adanya daerah yang memerah dan hangat di sekitar daerah penusukan atau sepanjang vena, nyeri atau rasa lunak di daerah penusukan atau sepanjang vena atau pembengkakan. Insiden flebitis meningkat sesuai dengan lamanya pemasangan jalur intravena, komposisi cairan atau obat yang di infuskan (pH dan tonisitasnya), ukuran dan tempat kanula dimasukan, pemasangan jalur IV yang tidak sesuai dan masuknya mikroorganisme pada saat penusukan. Flebitis dapat dicegh dengan menggunakan teknik aseptik selama pemasangan, komposisi cairan, medikasi ketika memilih tempat tusukan, mengobservasi tempat penusukan setiap jam, dan menempatkan kateter atau jarum dengan baik.
- Tromboflebitis mengacu pada adanya bekuan ditambah dengan peradangan dalam vena. Hal ini dikarateristikkan dengan adanya nyeri yang terlokalisasi, kemerahan, rasa hangat, dan pembengkakan di sekitar tempat penusukan atau sepanjang vena, imobilisasi ekstremitas karena rasa tidak nyaman dan pembengkakan kecepatan aliran yang tersendat, demam, malaise, dan leukositosis. Tromboflebitis dapat dicegah dengan menghindarkan trauma pada vena saat IV dimasukan, mengobservasi tempat penusukan setiap jam, dan mengecek komposisi tambahan pengobatan untuk kompabilitas.
- Hematoma terjadi sebagai akibat dari kebocoran darah ke jaringan sekitar tempat penusukan. Hal ini disebabkan karena pecahnya dinding vena yang berlawanan selama penusukan vena, jarum bergeser keluar vena, dan tekanan yang tidak sesuai yang di berikan ke tempat penusukan setelah jarum atau kateter dilepaskan.
- Bekuan(clotting) pad jarum merupakan komplikasi lokal yang lain. Hal ini karena selang IV tertekuk, kecepatan aliran yang terlalu lambat, kantong IV yang kosong, atau tidak memberikan aliran setelah pemberian obat atau larutan interrmiten. Tanda dan gejalanya adalah penurunan kecepatan aliran dan aliran darah b kembali ke selang IV.
- Evaluasi
– Perhatiakan kelancaran infus
– Perhatiakan respon klien terhadap pemberian tindakan
– Kebutuhan intake cairan pasien terpenuhi
–
Tidak ada komentar:
Posting Komentar