Senin, 06 Juni 2016

makalah infus


BAB 1
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan yang sering dilakukan di rumah sakit. Namun, hal ini tinggi resiko terjadinya infeksi yang akan menambah tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar yang telah ditetapkan, sehingga kejadian infeksi atau berbagai permasalahan akibat pemasangan infus dapat dikurangi, bahkan tidak terjadi (Priharjo, 2008).
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.(Yuda, 2010)
  1. Tujuan Penulisan
    1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan secara umum memberikan penjelasan mengenai infus
  1. Tujuan Khusus
Tujuan penulisan secara khusus memberi gambaran tentang :
  1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I
  2. Memberikan pengetahuan tentang Infus
  3. Kesimpulan yang berguna untuk memberikan resume dari penjelasan isi makalah keseluruhan agar dapat berguna bagi pembacanya.





BAB II
PEMBAHASAN
  • PENGERTIAN
Terapi intravena digunakan untuk mengobati berbagai kondisi pasien.  Infus intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume relatif banyak. Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) merupakan pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
Pemberian cairan intravena (infus) yaitu memasukan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set (potter,2005). Tindakan infus diberikan pada kliendengan dehidrasi, sebelum transfusidarah, pra dan pasca bedah sesuaiprogram pengobatan, serta klien yangsistem pencernaannya terganggu.
Keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah :
  1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
  2. Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
  3. Fraktur tulang, khususnya di pelvis (panggul) dan paha
  4. Kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi
  5. Diare dan demam
  6. Luka bakar luas        
  7. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung

Pengganti cairan dan elektrolit secara parenteral
cairan dan elektrolit diganti melalui cairan infus yang  diberikan seara langsung kedalam darah bukan asupan melalui sistem cerna. Pengantian parenteral meliputi pemberian nutrisi parenteral total (NPT) , terapi cairan dan elektrolit inter vena serta pergantian darah.
Peralatan akses vaskular (vaskular akses devices, PAV)
            Terdiri dari kateter, kanula, tempat-tempat infus yang dirancang untuk akses berulang kesistem vaskuler dalam panjang. Tempat masuknya infus (infusition port) lebih aman dari pada kateter yang dipasang secara perifer dan terbukti meningkatkan mekanisme penghantaran terapi intra vena jangka panjang. ketetr sentral yang dimasukkan secara perifer (peripherally inserted central catheter, PICC).
Terapi intravena. Tujuan pemberian cairan IV ialah untuk mencegah atau mengoreksi gangguan cairan dan elektrolit, misalnya seorang klien yang menderita luka bakar derajat 3 yang mengenai 40% permukaan, berda dalam kondisi sakit yang kritis dan membutuhkan pegaturan terapi IV yang teliti karena adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit yang terus menerus.
Apabila pemberian cairan IV dibutuhkan dan diprogramkan oleh dokter, perawat harus mengidentifikasi larutan yang benar, peralatan, dan prosedure yang dibutuhkan untuk memulai , mengatur dan mempertahankan sistem. Perawat juga harus mengidentifikasi dan mengoreksi masalah serta menghentikan infus.
Tipe larutan banyak tersedia larutan elektrolit siap pakai. Kategori larutan elektrolit terbagi menjadi : isotonik , hipotonik dan hipertonik.  Suatu larutan bersifat isotonik apabila osmolaritasnya mendekati osmolaritas plasma. Larutan hipotonik ialah larutan yang memiliki osmolaritas kurang dari osmolaritas plasma dan larutan hipertonik ialah larutan yang memiliki osmolaritas lebih besar dari osmolaritas plasma. Secara umum, cairan isotonik digunakajn untuk penggantian volume ekstrasel (misal, kelebihan volume cairan setelah muntahyang berlangsung lama). Keputusan untuk menggunakan larutan hipertonik atau hipotonik didasarkan pada ketidakseimbangan elektrolit yang spesifik.
Peralatan seleksi dan penyiapan peralatan yang benar memungkinkan pemasangan selang intravena menjadi aman dan cepat kerna cairan dimasukkan kealiran darah nmaka membutuhkan tekhnik steril. Peralatan standar meliputi larutan dan selang intravena jarum atau kateter, antiseptik,turnikuet, sarung tangan dan balutan.

  1. TUJUAN PEMASANGAN INFUS

1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang menganung air, elektrolit,vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuatmelalui oral
2. Memperbaiki keseimbangan asam basa
3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah
4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh
5. Memonitor tekan Vena Central (CVP)
6. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan

  • PERALATAN AKSES VENA
            Terdiri dari kateter, kanula, tempat-tempat infus yang dirancang untuk akses berulang kesistem vaskuler dalam panjang. Tempat masuknya infus (infusition port) lebih aman dari pada kateter yang dipasang secara perifer dan terbukti meningkatkan mekanisme penghantaran terapi intra vena jangka panjang. ketetr sentral yang dimasukkan secara perifer (peripherally inserted central catheter, PICC).
Terapi intravena. Tujuan pemberian cairan IV ialah untuk mencegah atau mengoreksi gangguan cairan dan elektrolit, misalnya seorang klien yang menderita luka bakar derajat 3 yang mengenai 40% permukaan, berda dalam kondisi sakit yang kritis dan membutuhkan pegaturan terapi IV yang teliti karena adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit yang terus menerus.
Apabila pemberian cairan IV dibutuhkan dan diprogramkan oleh dokter, perawat harus mengidentifikasi larutan yang benar, peralatan, dan prosedure yang dibutuhkan untuk memulai , mengatur dan mempertahankan sistem. Perawat juga harus mengidentifikasi dan mengoreksi masalah serta menghentikan infus.
Tipe larutan banyak tersedia larutan elektrolit siap pakai. Kategori larutan elektrolit terbagi menjadi : isotonik , hipotonik dan hipertonik.  Suatu larutan bersifat isotonik apabila osmolaritasnya mendekati osmolaritas plasma. Larutan hipotonik ialah larutan yang memiliki osmolaritas kurang dari osmolaritas plasma dan larutan hipertonik ialah larutan yang memiliki osmolaritas lebih besar dari osmolaritas plasma. Secara umum, cairan isotonik digunakajn untuk penggantian volume ekstrasel (misal, kelebihan volume cairan setelah muntahyang berlangsung lama). Keputusan untuk menggunakan larutan hipertonik atau hipotonik didasarkan pada ketidakseimbangan elektrolit yang spesifik.
Peralatan seleksi dan penyiapan peralatan yang benar memungkinkan pemasangan selang intravena menjadi aman dan cepat kerna cairan dimasukkan kealiran darah maka membutuhkan tekhnik steril. Peralatan standar meliputi larutan dan selang intravena jarum atau kateter, antiseptik,turnikuet, sarung tangan dan balutan.
  1. Perlengkapan dan Peralatan berhubungan dengan infus.
Meliputi tiang infus, label untuk botol infus dan selang IV, plester, penyangga lengan, set infus, penyaring dan alat pengatur aliran. Label yang membuat informasi seperti beriku : nama pasien dan nomer identifikasi jumlah larutan utama dan jumlah total: kecepatan aliran, tanggal persiapan dan kadaluarsa, syarat penyimpanan (jika dapat disimpan), nama orang yang menyiapkan dan mengganti infus. Setiap selang juga harus diberi label dengan informasi mengenai tanggal dan waktu penggantungan dan nama inisial orang yang menggantung selang.
  1. Memilih Set pemberian
Pemilihan set IV tergantung pada kebutuhan ada situasi tertentu.
  1. Ukuran tetesan T
Tabung tetesan memberikan tetesan mikro (60tts/ml) atau tetesan makro (10-15tts/ml) sistem tetesan makro harus dipilih bila diperlukan jumlah larutan yang banyak atau tetesan yang cepat.
  1. Vent
Vent memungkinkan udara untuk masuk kedalam botol yang vakum dan untuk menggantikan larutan karena larutan mengalir keluar. Tidak seperti botol kaca yang kaku, wadah IV yang fleksibel tidak memerlukan Vent selang yang tepat harus di pilih untuk botol IV yang fleksibel atau kaku.
  1. Port IV
Port di perlukan untuk memberikan infus dan obat-obat sekunder. Set aliran kontinue di design dengan katup pemeriksaan balik (Back check valve) yang menungkinkan piggyback bekerja dan mulai diinfuskan kembali setelah piggyback lengkap.
  1. Tabung Volumetrik
Tabung volumetrik set IV digunakan untuk memberikan obat atau cairan dalam dosis yang kecil selama priode waktu yang ditentukan. Tabung volumetrik sering digunakan pada anak-anak dan diruang perawatan intensif ICU untuk mengurangi resiko sejumlah besar cairan di infuskan terlalu cepat.
  1. Pertimbangan penyaring IV
Flebitis yang berhubungan dengan infus umm terjadi dan dapat akibat dari partikel-partikel dan mikroba-mikroba dalam sistem IV atau iritasi yang disebabkan oleh kateter IV. Penyaring IV didesign untuk menyaring partikel-partikel yang sangan kecil dan mimroba-mikroba dari infus IV.
  1. Alat-alat pengontrol aliran
    1. Klem
Setiap set pemberian IV mempunyai satu klem atau lebih untuk mengatur aliran. Klem putar menyesuaikan diameter selang dan memperlambar atau meningkatkan kecepatan aliran. Klem geser juga dapat menghentikan atau memulai aliran IV dan harus tidak digunakan bersama dengan klem putar.
  1. Alat-alat bantu
Alat bantu yang mengatur aliran dapat ditambahkan pada set pemberian untuk mengontrol kecepatan tetesan yang lebih tepat daripada klem putar.
  1. Pompa dan alat pengontrol IV
Alat-alat elekrolit mengalirkan cairan dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi kemampua untuk menyembunyikan alarm jika terjadi sumbatan dapat membantu identifikasi masalah-masalah aliran sedini mungkin. Pompa mempunyai kemampuan untuk menambahkan tekanan pada infus pada kondisi aliran yang terbatas. Alah pengontrol tidak dapat menambahkan tekanan pada jalur sampai timbul tahanan.

  • PUNGSI VENA
Pungsi vena adalah sebuah keterampilan yang merupakan dasar untuk terapi IV dan dapat dipelajari dan dikembangkan melalui praktik yang sering. Pungsi Vena adalah sebuah teknik yang digunakan untuk memungsi vena secara transkutan dengan menggunakan pemflon yang kaku dan tajam (mis.jarum kupu-kupu atau jarum logam) yang sebagian dilapisi oleh kateter plastik atau dengan jarum yang dipasangkan ke spuit. Tujuan umum pungsi vena adalah mengambil spesimen darah , memasukan obat, memulai infus iv , dan menginjeksi radioque atau alat perekam jejak radio aktrif untuk pemeriksaan khusus. Perawat yang mengkaji klien untuk melihat daerah fungsi vena harus mempertimbangkan kondisi, peringatan, dan kontgraindikasi tentang vena-vena tertentu yang tidak boleh dispungsi. Umumnya perawat pertama-tama harus mencari vena di daerah distal dan kemudian didaerah proksimal karena klien yang berusia sangat muda dan lasia memiliki vena yang rapuh. Perawat harus menghindari vena dengan mudah bergesesr atau rapuh seperti vena di permukaan bawah tangan. Klien yang gemuk memiliki masalah saat akan disfungsi vena karena sulitnya untuk mencari vena supervisial. klien yang kurus juga sulit untuk disfungsi vena Papan penompang tangan digunakan untuk mengurangi gerakan ekstremitas saat infus IV dialirkan atau untuk mempertahankan ekstremitas tetap pada posisi datar.
Peralatan intravena lain meliputi wadah larutan, berbagai tipe selang,dan peralatan pengendalian volume. Seringkali obat antibiotik yang disuntikan, seperti ampisilin, dapat ditambahkan kedalam kantung larutan IV berukuran kecil yang berisi 50 sampai 100 ml dan dipiggyback-kan: ke dalam selang utama untuk diberikan selama 30 sampai 60 menit.
Peralatan pengontrol volume digunakan pada anak-anak, klien yang menderita gagal ginjal atau gagal jantung, dan klien yang menderita penyakit kritis, untuk mencegah masuknya volume infus dalam jumlah besar secara tiba-tiba, dan kecepatannya tidak terkontrol.
Memasang selang intravena, setelah peralatan dikumpulkan di sisi tempat tidur, perawatan mengkaji klien untuk mencari tempat pungsi teknik yang digunakan untuk memungsi vena secara transkutan dengan mwnggunakan pemflon yang kaku dan tajam yang sebagian dilapisi oleh kateter plastik atau dengan jarum yang dipasangkan spuit. Tujuan umum pungsi vena adalah mengambil spesimen darah, memasukan obat, melalui infus IV , dan menginjeksi radiopaque atau alat perekam jejak radioaktif untuk pemeriksaan khusus.
Perawat yang mengkaji klien untuk melihat daerah pungsi vena harus mempertimbangkan kondisi, peringatan, dan kontraindikasi tentang vena-vena tertentu yang tidak boleh dipungsi. Apabila kemungkinan, semua klien sebaiknya menggunakan ekstremitas yang tidak dominan. Umumnya perawat pertama-tama harus mencari vena didaerah distal dan kemudian kedaerah proksimal. Karena klien yang berusia sangat muda dan lansia memiliki vena yang rapuh, perawat harus menghindari vena yang dengan mudah bergeser atau rapuh, seperti vena dipermukaan dorsal tangan.
Klien yang gemuk memiliki masalah saat akan dipungsi vena karena sulitnya mencari vena superficial. Klien yang kurus juga sulit untuk di pungsi vena , vena tersebut aga rapuh dan akibatnya yang dapat terjadi adalah perawat sudah memungsi seluruh vena, tetapi kateter atau jarum belum ada masuk.
Pungsi vena dikontraindikasikan didaerah yang memiliki tanda-tanda infeksi, infiltrasi, atau trombosis (bekuan). Daerah yang terinfeksi berwarna merah, kenyal, bengkak dan kemungkinan hangat saat disentuh.
Daerah yang terinfeksi tidak digunakan karena bahaya invasi bakteri dari permukaan kulit kedalam aliran darah. Tempat pungsi vena yang umum digunakan ialah tangan dan lengan. Namun, vena-vena superfisial di kaki dapat digunakan jika klien dalam kondisi tidak dapat berjalan dan kebijakan mengizinkan hal tersebut. Penggunaan kaki untuk tempat pemasangan IV lebih umum dilakukan pada klien pediatrik , tetapi biasanya dihindari pada orang dewasa.
Setelah menentukan lokasi tempat pungsi vena, perawat dengan teliti menjelaskan prosedur kepada klien. Perawat harus menjelaskan alasan diprogramkannya infus, hasil yang diharapkan dari tindakan tersebut, dan harapan perawat terhadap klien. Kateter yang berukuran besar, yang dimasukan ke dalam vena sentral, seperti vena subklavia, digunakan untuk memantau tekanan vena sentral dan untuk menghantarkan volume cairan dalam jumlah besar serta TPN.
Mengatur kecepatan aliran infus. cairan yang terlalu cepat atau terlalu lambat. Setelah infus IV difiksasi dan selang IV paten, perawat harus mengatur kecepatan infus sesuai dengan program dokter. Kecepatan infus yang terlalu lambat dapat menyebabkan kolaps kardiovaskular dan sirkulasi yang lebih lanjut pada klien yang mengalami dehidrasi, syok , atau menderita penyakit kritis. Kecepatan infus yang terlalu cepat dapat menyebabkan beban cairan berlebihan, yang sangat berbahaya pada beberapa gangguan ginjal, kardiovaskular, dan neurologis. Perawat menghitung kecepatan infus untuk mencegah pemberian
Pompa infus mengatur aliran cairan IV. Pompa ini dirancang untuk mengalirkan jumlah cairan tertentu  selama periode waktu tertentu atau untuk mengalirkan cairan berdasarkan kecepatan aliran atau tetesan permenit.
Kepatenan jarum IV atau kateter memiliki makna bahwa jarum dan kateter terbuka, sehingga larutan dapat mengalir. Perawat dapat mengkaji kepatenan IV dengan menurunkan kantung larutan IV dibawah ketinggian tempat insersi dan mengobservasi adanya aliran balik darah ke selang infus. Apabila tidak ada aliran balik ke darah dan cairan infus tidak mengalir dengan mudah pada saat klien penggeseran dibuka maka mungkin terdapat bekuan di ujung kateter.

Gambar terapi Intervena:






  • Prosedur
  1. Pungsi vena dengan menggunakan jarum berlapis kateter plastik
LANGKAH
RASIONAL
  1. Observasi tanda dan gejala yang mengindikasikan ketidakseimbangan cairan atau elektrolit
    1. Mata cekung
    2. Edema
    3. Peningkatan atau penurunan berat tubuh lebih dari 2%
    4. Membran mukosa kering
    5. Vena leher datar atau distensi
    6. Hipotensi, takikardia
    7. Nadi teratur
    8. Krekels di pura-paru
    9. Turgor kulit tidak elastis
    10. Bising usus menurun, meningkat
    11. Haluan urien menurun
    12. Perubahan perilaku
    13. Kebingungan
Karena gangguan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi setiap sistem di dalam tubuh, perawat harus mengkaji klien secara sistematis untuk mengidentifikasi kelainan yang berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan elektrolit. Berat badan setiap hari mendokumentasikan adanya kehilangan cairan atau retensi yang terjadi. Perubahan berat badan sebesar 1 kg berhubungan dengan retensi atau kehilangan cairan sebanyak satu liter (1000ml)
                                                   
  1. Pelajari kembali, program penggantian terapi yang ditetapkan dokter

Pungsi vena adalah suatu teknik invasif , cairan IV merupakan obat-obatan. Keduanya memerlukan resep dokter dan harus dilakukan dengan teknik steril
  1. Kumpulkan peralatan yang dibutuhkan untuk memulai pemasangan selang intravena
    1. Larutan yang benar
    2. Jarum yang sesuai
    3. Set infus (bayi dan anak-anak membutuhkan infus dengan tetesan mikro (60 tetes/ml) dan sering juga membutuhkan peralatan pengontrol volume)
    4. Selang intravena
    5. Alkohol dan swab pembersih yodium-povidon
    6. Turniket
    7. Papan penyangga lengan, jika dibutuhkan
    8. Kasa atau balutan transparan dan larutan atau salep yodium-povidon
    9. Plester
    10. Handuk untuk diletakan dibawah tangan klien
    11. Tiang IV
    12. Sarung tangan sekali pakai
    13. Gown IV

Dengan memastikan bahwa larutan yang akan diberikan benar dan dengan mempersiapkan peralatan., akan membantu pemasangan selang IV yang cepat dan aman.
  1. Identifikasi klien dan jelaskan prosedur. Ganti gaun klien menjadi gaun khusus untuk tindakan IV

mengurangi rasa cemas dan meningkatkan kerjasama, membuat gaun lebih mudah dilepaskan.
  1. Atur peralatan diatas meja yang terpasang di samping tempat tidur atau meja di atas tempat tidur (lihat ilustrasi di sebelah kanan)

mengurangi resiko kontaminasi dan kecelakaan
  1. Identifikasi vena yang dapat diakses untuk tempat pemasangan jarum IV atau kateter
    1. Hindari daerah penonjolan tulang
    2. Gunakan vena di bagian yang paling distal terlebih dahulu
    3. Hindarkan pemasangan selang intravena di pergelangan tangan klien, di daerah yang mengalami peradangan, di ruang antekubital, di ekstremitas yang sensasinya menurun, atau di tangan yang dominan
tingkatkan pemasangan atau jarum IV
                                                        
  1. Menggunakan Kateter Plastik
Langkah
Rasional
  1. Cuci Tangan
Mengurangi penularan mikroorganisme.
  1. Buka kemasan steril dengan menggunakan teknik steril.
Mempertahankan sterilitas peralatan dan mengurangi penyebaran mikroorganisme.
  1. Periksa larutan dengan menggunakan 5 benar pemberian obat.Pastikan bahwa larutan telah dicampurkan dengan zat tambahan yang diresepkan seperti kalium dan vitamin, jika diprogramkan.Catatan : ketika menggunakan larutan IV dibotol lepaskan penutup logam dan cakram karet serta logam dibawah penutup tersebut.

Larutan intravena merupakan obat0obatan dan harus diperiksa dengan cermat untuk mengurangi risiko terjadinya kesalahan. Memungkinkan pemasukkan selang infus ke dalam larutan.

  1. Buka set infuse, pertahanan sterilitas di kedua ujungnya

Mencegah bakteri memasuki  peralatan infuse.

  1. Tempatkan klem yang dapat digeser tepat dibawah bilik tetesan dan gerkkan klem penggeser ke posisi penghentian aliran infuse.

Jarak klem yang dekat dengan bilik tetesan memungkinkan pengaturan kecepatan aliran yang lebih akurat.Mencegah cairan dengan tidak sengaja tumpah dan mengenai klien,perawat, tempat tidur, atau lantai.

  1. masukkan set infuse kedalam kantung cairan :
    1. Lepaskan penutup pelindung dari kantung cairan IV tanpa menyentuh ujung tempat masuknya alat set infus.
    2. Lepaskan penutup pelindung dari ujung insersi selang, dengan tidak menyentuh ujung insersi tersebut, kemudian masukkan ujung selang tersebut kedalam ujung botol intravena yang terbuat dari karet hitam.

Mempertahankan sterilitas larutan.
  1. Memungkinkan laruta infus masuk kedalam selang.
    1. Mencegah kontaminasi larutan karena menyentuh ujung insersi selang yang terkontaminasi
    2. Isi selang infus :
      1. tekan bilik tetesan kemudian lepaskan.
      2. Buka pelindung jarum dan geser klem penggeser sehingga aliran infus dapat mengalir dari bilik tetesan melalui selang ke adapter jarum.Gerakkan kembali klem penggeser ke posisi penghentian aliran cairan setelah selang terisi.
      3. Pastikan selang bebas dari udara dan gelembung udara.
      4. Ganti pelindung jarum.

  1. Menciptakan efek pengisap.Cairan memasuki bilik tetesan.
  2. Mengeluarkan udara dari selang dan memungkinkan selng terisi oleh larutan.
  3. Gelembung udara yang besar dapat menjadi emboli.

  1. Pilih vena distal untuk digunakan
Apabila terjadi sklerosis atau kerusakan pada vena, vena yang sama didaerah proksimal masih dapat digunakkan.

  1. Apabila ditempat insersi jarum terdapat banyak bulu badan,gunting bulu-bulu tersebut.

Mengurangi risiko kontaminasi  dari bakteri pada rambut.Juga membantu mempertahankan keutuhan balutan intravena dan membuat pelepasan plester tidak terlalu menimbulkan nyeri. Pencukuran dapat menyebabkan mikroabrasi dan menjadi predisposisi terjainya infeksi (Metheny , 1996)

  1. Apabila memungkinkan , letakkan ekstremitas pada posisi dependen (dalam keadaan ditopang sesuatu)

Memungkinkan dilatasi vena sehingga vena dapat dilihat.

  1. Pasang turniket 10-12 cm diatas tempat insersi.Turniket harus menghambat aliran vena, bukan aliran arteri.Periksa denyut distal.

Aliran arteri yang terhenti mencegah pengisian vena.

  1. Pilih vena yang berdilatasi dengan baik.Metode untuk membuat vena berdilatasi adalah memukul-mukul vena dari arah proksimal ke distal,atau minta pasien mengepalkan dan membuka tangan, atau dengan melakukan ketuka ringan diatas vena, atau dengan memberikan kopres hangat.catatan : Pastikan ujung adapter jarum set infus terletak tidak jauh dan berada diatas kasa atau handuk yang steril.

Meningkatkan dilatasi vena.
Memungkinkan penghubungan infus  ke jarum dengan cepat dan lancar setelah vena dipungsi.

  1. Kenakan sarung tangan sekali pakai
Mengurangi pemaparan pada organism HIV, hepatitis, dan organisme lain yang dipenularan melalui darah.
  1. Bersihkan tempat insersi dengan kuat terkonsentrasi,dan dengan gerakan sirkulasi dari tempat insersi ke daerah luar dengan menggunakan larutan yodium-providan.Biarkan sampai kering.Apabila klien alergi terhadap yodium, gunakan alcohol 70% selama 30 detik.

Yodium-providin merupakan anti infeksi topical yang mengurangi bakteri pada permukaan kulit.Supaya efektif,permukaan kulit harus kering.

  1. Lakukan pungsi vena.Fiksasi vena dengan menempatkan ibu jari diatas vena dan dengan meregangkan kulit berlawanan dengan arah insersi 5-7 cm, dari arah distal ketempat pungsi vena.
    1. ONC : insersi bevel ( bagian ujung jarum yang miring) dengan membentuk sudut 20-300, searah dengan aliran balik vena distal terhadap tempat pungsi vena yang sebenarnya.
    2. Jarum kupu-kupu : tempatkan jarum dengan membentuk sudut 20-300 dengan bevel dibagian atas,sekitar 1 cm dari arah distal ketempat pungsi vena.

  1. Memungkinkan perawat menempatkan jarum menjadi pararel dengan vena.Sehingga saat vena dipungsi, risiko menusuk vena sampai tembus keluar berkurang.
  2. Tekanan vena yang meningkat akibat pemasangan turniket meningkatkan aliran balik darah ke dalam selang atau kedalam kateter.Stylet membantu menusuk kulit dan memasukkan kateter tetapi harus dilepaskan untuk menghidari tertusuknya vena sampai tembus
  3. Lihat aliran balik melalui selang jarum kupu-kupu atau bilik aliran balik darah di ONC, yang mengindikasikan bahwa jarum telah memasuki vena.Rendahkan jarum sampai hampir menyentuh kulit. Masukkan lagi kateter  sekitar seperempat inci kedalam vena dan kemudian longgarkan stylet(bagian pangkal jarum yang dimasukkan ke vena).
 
  1. Stabilkan kateter dengan salah satu tangan, lepaskan turniket dan lepaskan stylet dari ONC

–          Mengurangi aliran balik darah

  1. Hubungkan adapter jarum infuse ke hub ONC atau jarum jangan sentuh titik masuk adapter jarum atau bagian dalam hub ONC
–          Dengan menghubungkan set infuse dengan tepat, kepatenan vena dicapai mempertahnkan sterilitas
  1. penggeser untuk memulai aliran infus dengan kecepatan tertentu untuk mempertahankan kepatenan selang intravena
–          Lepaskan klem Memungkinkan aliran vena dan mencegah pembekuan aliran vena serta mencegah obstruksi aliran larutan IV

  1. Fiksasi kateter IV atau jarum
  2. Tempelkan plester kecil (1,25cm) dibawah hub kateter dengan sisi perekat ke arah dan silangkan plester di atas hub
  3. Berikan sedikit larutan atau salep yodium-povidin pada tempat pungsi vena . biarkan larutan mongering sesuai dengan kebijakan lembaga.
  4. Tempelkan plester kecil yang kedua, langsung silangkan ke hub kateter
  5. Letakkan balutan transparan di atas tempat pungsi vena , dengan mengikuti petunjuk pabriknya (metoda alternative tempatkan kasa balutan berukuran 2×2 di atas tempat pungsi vena dan hub kateter. Jangan menutup hubungan anatara selang intarvena dan hub kateter. Fiksasi hubungan itu dengan dua lembar plester sepanjang 2,5 cm). sarung tangan dapat dilepas supaya tidak menempel di balutan
  6. Fiksasi selang infuse ke kateter dengan sepotong plester berukuran 2,5 cm
Tulis tanggal waktu pemasangan selang IV , ukuran jarum dan tanda tangan serta inisial perawat pada balutan IV
Atur kecepatan aliran untuk mengoreksi tetesan per menit
Buang sarung tangan dan persendian yang digunakan serta cuci tangan
Observasi klien setiap jam untuk menentukan responsnya terhadap terapi cairan

–          Mencegah kateter lepas dari vena tanpa sengaja
–          Larutan atau salep yodium-povidin merupakan antiseptic topical yang mengurangi bakteri pada kulit dan mengurangi resiko infeksi local atau sistemik. Apabila menggunakan balutan transparan, larutan yodium-povidin direkomendasikan salep mengganggu perekatan balutan pada kulit.
–          Menceah terlepasnya infuse IV secar tidak sengaja
–          Balutan transparan memungkinkan observasi tempat pungsi vena yang berkelanjutan . memungkinkan mengganti selang tanpa mengganggu balutan
–          Menstabilkan hubungan infuse dengan kateter lebih lanjut.

  1. Tulis tanggal waktu pemasangan selang IV , ukuran jarum dan tanda tangan serta inisial perawat pada balutan IV

Memberikan data yang cepat tentang tanggal insersi IV dan dapat diketahui penggantian balutan selanjutnya
  1. Atur kecepatan aliran untuk mengoreksi tetesan per menit

Mempertahankan kecepatan aliran larutan IV yang benar, mengurangi penularan mikroorganisme
  1. Buang sarung tangan dan persendian yang digunakan serta cuci tangan
memberikan evaluasi tipe dan julah cairan yang diberikan kepada klien secara berkesinambungan inspeksi perjam mencegah terjadinya beban cairan berlebih tanpa sengaja atau hidrasi yang tidak adekuat.
  1. Observasi klien setiap jam untuk menentukan responsnya terhadap terapi cairan
mencatat dimulainya terapi IV sesuai program dokter

  1. Mengatur Kecepatan Aliran IV
LANGKAH
RASIONAL
  1. Observasi kepatenan selang dan jarum
    1. Buka pengatur tetesan dan observasi kecepatan aliran cairan dari larutan IV ke dalam bilik tetesan dan kemudian tutup pengatur tetsan apabila kecepatan tetesan telah sesuai dengan kecepatan yang diprogramkan
    2. Apabila cairan tidak mengalir, rendahkan botol atau kantung cairan IV sampai lebih rendah dari tempat masuknya infuse dan observasi adanya aliran  balik darah.
    3. Agar cairan dapat diinfuskan dengan kecepatan yang benar, selang dan jarum IV harus bebas dari pelintiran, lekukan, dan bekuan darah.
    4. Aliran darah yang cepat ke dalam bilik tetesan mencerminkan kepatenan selang IV, mengatur tetesan sesuai kecepatan yang diprogramkan akan mencegah beban cairan berlebih.
    5. Dapat mengindikasikan kepatenan jarum yang berada dalam vena. Tekanan vena lebih besar daripada tekanan didalam selang IV.
    6. Periksa catatan medis untuk pemberian larutan dan zat aditif yang tepat. Program yang biasa diresepkan ialah pemberian larutan selama 24 jam , biasanya dibagi ke dalam 2 sampai 3 L.
 

cairan IV adalah obat-obatan pemberian obat ini harus mengikuti lima benar untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dalam pemberian.
  1. Kenali factor tetesan dalam bentuk banyaknya tetesan/ml (tts/ml) dari sebuah set infuse mis
Makrodip (tetes ,mikro):60 tts/ml
–          Abbot lab 15 tts/ml
–          Travenol lab 10 tts/ml
–          McGaw lab 15 tts/ml
–          Baxter 10 tts/ml

alat tetes mikro, yang juga disebut minidrik, secara universal mengeluarkan 60 tts/ml. Namun set pemberian parenteral komersial untuk tetesan makro juga tersedia. Perawat harus mengetahui faktor tetes didalam selang infus.
  1. Pilih salah satu formula berikut untuk menghitung kecepatan aliran (tts/ml) setelah menghitung jumlah ml/jam
Volume total (ml)+ jam pemberian infuse = ml/jam
  1. ml/jam + 60 menit = ml/mnt
  2. ml/jam x 60 menit = tts/mnt

setelah kecepatan setiap jam ditentukan, dengan rumus akan diperoleh kecepatan aliran yang benar dalam jumlah tts/mnt
  1. apabila digunakan pompa infus atau peralatan pengontrol volume, tempatkan alat tersebut di sisi tempat tidur.
meningkatkan keakuratan kecepatan dalam pemberian cairan.
  1. Tentukan per jam dengan membagi volume dangan jam misalnya :
1000ml+8 jam= 125 ml per/jam
atau jika 4 L diprogram kan 24 jam:
4000ml+24 jam= 166,7 atau 167 ml/perjam
Memungkinkan cairan infus mengalir dengan kecepata yang tetap selam periode yang di program kan
  1. Tempelkan label volume secara vertikal pada botol atau kantung IV di sebelah garing penunjuk volume. Beri tanda plester berdasar kecepatan aliran per jam. Misalnya: jika seluruh volume cairan akan di infuskan dalam 8, 10, atau 12 jam, masing-masing ukuran tersebut akan ditandai dengan plester
Memberi perawat petunjuk visual mengenai kebenaran periode waktu pemberian cairan
  1. Setelah kecepatan per jam ditetepkan, hitung kecepatan per menit berdasarkan faktor tetes di dalam set infus. Set infus minidrit ini memiliki faktor tetes 60 tts/mili.
Memungkinkan perawat menghitung kecepatan aliran per menit
  1. Hitung kecepatan aliran dengan menghitung jumlah tetesan dalam bilik tetesan selama 1 menit dengan jam tangan dan kemudian atur klem penggeser untuk meningkatkan atau menurunkan kecepatan infus ulangi sampai kecepatan aliran akuarat
Memastiakn kecepatan infus yang akurat. Menentukan apakah cairan yang sedang di alirkan terlalu cepat atau lambat
  1. Ikuti prosedur ini untuk :
Pompa infus
1)      Tempatkan monitor elektronikpada bilik tetesan dibawh asl tetesan di atas tingggi cairan dalam bilik
2)      Tempatkan selang infus IV dengan bagian kotak pengontrol searah dengan aliran (misalnya, di bagian atas, bagian selang yang terdekat dengan kantung IV dan di bagian bawah selang yang terdekat dengan klien.
3)      Pastikan bahwa alat pengatur kecepatan tetesan pada selang infus berada pada posisis terbuka saat pompa infus digunakan.
4)      pantau kecepatan infus setiap jam
5)      kaji kepatenan sistem IV ketika alarm berbunyi.


Peralatan pengontrol volume
1)      Tempatkan peralatan pengotrol volume diantara kantung IV dan insertion spike dari set infus
2)      Masukan cairan yang akan di berikan dalam 2 jam ke dalam peralatan tersebut.
3)      Kaji sistem IV sekurang-kurangnya setiap jam sekali dan tambahkan cairan ke dalam peralatan. Atur kecepatan aliran.


1)      Pompa infus IV memantau cairan berdasar kecepatan aliran atau jumlah tts/menit.
2)      Pompa infus mengalirkan cairan dengan memijat dan menekan selang sehingga ciaran mengalir melalui selang.










Pompa infus tidak sempurna dan tidak menggantikan fungsi pengkajian yang akurat dan sering alarm mengindikasikan bhwa monitor elektronik tidak menditeksi jumlah tetesan.

1)      Mengurangi resiko peningkatan cairan yang mendadak.


2)      Mencegah selang IV agar tidak kering jika perawat tidak kembali memeriksanya dalam satu jam.
3)      Mempertahankan kepatenan sistem IV.
  1. Observasi klien setiap satu jam untuk menentukan respon treapi IV dan upaya memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. Juga periksa daerah pemasangan IV untuk melihat adanya tanda-tanda infiltrasi, inflamasi, dan flebitis.
Apabila timbul tanda fdan gejala dehidrasi atau hidrasi yang berlebihan, maka kecepatan aliran yang di infuskan harus di ubah apabila tanda-tanda infiltrasi, inflamasi, dan plebitis muncul, maka tempat pemasangan IV hars diganti

  1. Catat kecepatan infus , tetes/menit dan ml/jam, di catatan klien sesuai yang di butuhkan oleh kebijakan lembaga.
Memcatat bahwa aliran IV yang diprogramkan sedangdi berikan kepada klien.


  1. Mengganti Larutan Intravena
LANGKAH
RASIONAL
  1. Identifikasi klien. Kaji kembali program /instruksi dokter dan siapkan larutan berikut sekurang-kurangnya satu jam sebelum di perlukan. Apabila larutan sudah disiapkan di bagian farmasi, pastikan bahwa larutan benar dan diberi label yang sesuai.
– memastikan bahwa klien yang menjalani prosedur adalah klien yang benar.
–  mencegah kantung IV kosong sebelum diganti. Pemeriksaan mencegah kesalahan pemberian obat. Apabila resep ditulis untuk KVO, ganti larutan setiap 24 jam. Sterilitas larutan tidak dapat dipastikan lebih lama dari 24 jam.
  1. Siapkan untuk mengganti larutan jika sisa cairan didalam botol kurang dari 50 ml.
mencegah udara masuk selang IV dan mempertahankan kepatenan selang dan kateter atau jarum
  1. Pastikan bahwa bilik tetesan masih setengah penuh.
tetap mengalir cairan IV ke vena pada saat kantung diganti.
  1. Cuci tangan
mengurangi penularan mikroorganisme.
  1. Siapkan larutan baru untuk mengganti cairan yang lama. Apabila cairan IV berada dalam wadah plastik, lepaskan pembungkus pelingdung yang menutupi tempat masuknya selang set infus. Apabila wadah cairan IV menggunakan botol gelas, lepaskan penutup logam, cakram logam, dan cakram karet. Pertahankan sterilitas tempat masuknya selang set infus pada kantung atau botol.
memungkinkan penggantian larutan yang lama dengan larutan yang baru dengan cepat, lancar, dan teratur.
  1. Geser klem penggeser untuk menurunkan kecepatan aliran.
mencegah kosongnya bilik tetesan dari sisa larutan pada saat larutan diganti.
  1. Lepaskan botol larutan lama dari penggantung botol IV.
menciptakan kesejajaran dengan tinggi mata perawat.
  1. Dengan cepat melepaskan Spika dari larutan IV yang lama dan pasangkan ke botol larutan yang baru tanpa menyentuh ujungnya.
menggurangi resiko keringnya larutan di dalam bilik tetes (langkah 3) dan untuk mempertahankan sterilitas.
  1. Gantung kantung atau botol larutan yang baru. Buang kantung atau botol yang kosong sesuai dengan kebijakan lembaga.
memungkinkan gaya gravitasi membantu pengaliran cairan IV ke dalam bilik tetesan.
  1. Periksa adanya udara diselang, jika ada maka hilangkan udara tersebut dari dalam selang.
mengurangi resiko terbentuknya embolus udara.
  1. Pastikan bilik tetesan berisi larutan.
mengurangi resiko kebocoran selang IV.
  1. Atur kecepatan aliran sesuai dengan kecepatan yang diprogramkan.
memperbaiki keseimbangan cairan dan pemberian cairan sesuai program.
  1. Observasi sistem intravena untuk memeriksa kepatenan, tidak adanya infiltrasi, flebitis, dan inflamasi. Observasi respon terhadap terapi IV.
memungkinkan evaluasi respon yang berkesinambungan terhadap terapi IV.

  1. Menggangti Selang Intravena
LANGKAH
RASIONAL
  1. Tentukan waktu dibenarkannya pemasangan set infus yang baru :
    1. Larutan petama yang telah digantung selama sehari

  1. Adanya lubang pada selang infus


  1. Kontaminasi selang

  1. Adanya hambatan pada selang IV (misalnya, setelah infus sel darah merah kemasan, darah lengkap, atau albumin.

  1. Tanggal yang tertera pada selang mengindikasikan bahwa selang telah terpasang selama  48 jam.
– penggantian selang mencgah infeksi. Prosedur disederhanakan dengan mengganti selang yang sudah dipasangkan dengan larutan yang baru.


– lubang pada selang dapat menimbulkan masuknya bakteri kedalam aliran darah.

– kontaminasi selang dapat memungkinkan masuknya bakteri kedalam aliran darah.
– darah lengkap atau produk komponen darah dapat menghambat seluruh atau setengah bagian dari selang IV.


CDC manganjurkan mengganti selang tidak lebih sering dari tiap 48 jam (Gardner, 1996). Memungkinkan perawat melakukan prosedur sampai selesai dengan efisien dan aman.
  1. Kumpulkan alat-alat berikut :
    1. Selang infus
    2. Kasa steril berukuran 2 X 2
    3. Jika harus memberi balutan IV yang baru :
1)      Kasa steril erukuran 2 X 2 atau balutan transparan.
2)      Larutan atau salep yodium-providon.
3)      Pengangkat zat perekat
4)      Swab alkohol
5)      Beberapa potong plester atau balutan film poliuretan
6)      Sarung tangan sekali pakai

  1. Jelaskan prosedur kepada klien
meningkatkan kerja sama dan mencegah gerakan ekstremitas secara mendadak, yang dapat membuat jarum atau kateter berpindah tempat.
  1. Cuci tangan
mengurangi penularan mikroorganisme
  1. Buka set infus yang baru, pertahankan penutup pelindung di atas spike infus dan tempat insersi untuk jaru kupu-kupu atau ONC
memungkinkan perawat memiliki akses yang siap untuk pemasangan set infus yang baru dan mempertahankan sterilitas set infus.
  1. Kenakan sarung tangan tidak steril sekali pakai.
mengurangi resiko terpaparnya virus HIV hepatitis, dan bakteri lain yang ditularkan malalui darah.
  1. Letakkan kasa berukuran 2 X 2 di atas tempat tidur dekat dengan tempat pungsi IV.
mengakomodasi lapangan yang steril untuk adapter jarum steril yang baru sebelum disambungkan ke jarum atau kateter IV
  1. Apabila jarum atau hub kateter tidak terlihat, geser balutan IV. Jangan melepaskan plester yang memfiksasi jarum atau kateter ke kulit.
hub jarum harus dapat diakses untuk memungkinkan transisi yang lancar saat melepas selang yang lama dan masukkan selang yang baru.
  1. Geser klem penggeser pada selang IV yang baru, pada posisi menghentikan aliran cairan.
mencegah supaya larutan tidak tumpah setelah kantung atau botol cairan yang baru dipasang
  1. Perlambat kecepatan infus dengan mengatur kecepatan tetesan di atas tiang intravena.
memungkinkan cairan terus mengalir melalui kateter sementara selang yang baru disiapkan
  1. Dengan selang lama yang masih terpasang, tekan bilik, tetesan dan isi bilik tersebut.
menyediakan surplus di dalam bilik tetesan sehingga terdapat cukup cairan untuk mempertahankan kepatenan saat mengganti selang
  1. Hentikan aliran larutan di selang yang lama dan gantung bilik tetesan di atas tiang intavena
memungkinkan cairan terus mengalir melalui kateter semantara selang yang baru disiapkan
  1. Pasang spike insersi selang yang baru kedalam larutan IV yang lama dan gantung larutan di tiang.
memungkinkan mengalirnya larutan kedalam selang infus yang baru
  1. Tekan dan lepaskan pada bilik tetesan pada selang IV yang baru.
memungkinkan bilik tetesan terisi cairan dan meningkatkan aliran larutan yang cepat dan lancar melalui selang yang baru.
  1. Buka klem penggeser, lepaskan penutup pelindung dari adapter jarum dan bilas selang dengan larutan.
mengeluarkan udara dari selang dan menggantinya dengan cairan.
  1. Adapter jarum pada selang IV yang baru diletakkan antara kasa berukuran 2 X 2 di dekat tempat penusukan IV tanpa terpasangnya penutup pelindung.
akan memungkinkan insersi selang yang baru ke dalam hub jarum dengan lancar dan cepat sambil mempertahankan sterilitas selang infus.
  1. Klem penggeser pada selang yang lama dipindahkan pada posisi tertutup.
mencegah tumpahnya cairan saat selang dilepaskan dari hub jarum.
  1. Stabilkan hub kateter atau jarum IV, tarik keluar selang yang lama dengan perlahan dan dengan cepat masukkan adapter jarum selang yang baru ke dalam hub.
mencegah pergeseran kateter atau jarum secara tidak sengaja. Mencegah pembentukkan bekuan di dalam kateter atau di dalam jarum.
  1. Buka klem penggeser pada selang yang baru.
memungkinkan larutan memasuki kateter atau selang.
  1. Atur tetesan IV sesuai dengan program dokter dan pantau kecepatannya setiap jam.
mempertahankan aliran infus pada kecepatan yang diprogramkan
  1. Pasang balutan yang baru, jika perlu
mengurangi resiko infeksi bakteri dari kulit.
  1. Buang selang yang lama dan sarung tangan yang telah dipakai di wadah tempat barang-barang yang terkontaminasi dan cuci tangan.
mengurangi penularan minkroorganisme.
  1. Evaluasi kecepatan aliran dan observasi tempat sambungan untuk melihat adanya kebocoran.
mempertahankan kecepatan terapi IV dan menentukan apakah alat perangkat terpasang dengan kuat.
  1. Catat penggantian selang dan larutan pada catatan klien dan letakkan sehelai plester yang bertuliskan ntanggal dan waktu penggantian di bawah ketinggian cairan pada bilik tetesan, catat cairan yang diinfuskan dalam format asupan dan haluaran.
mencatat prosedur dan mencatat bahwa tindakan untuk mempertahankan sterilitas dilakukan. Memberikan informasi yang mudah di ingat ileh semua tenaga keperawatan, mengenai waktu pengantian selang IV

  1. Mengganti Balutan IV
LANGKAH
RASIONAL
  1. Kaji adanya kebutuhan untuk mengganti balutan
  2. Kaji waktu penggantian balutan IV terakhir kali. Banyak lembaga mengharuskan perawat menuliskan tanggal dan waktu pemasangan balutan pada balutan yang terpasang

  1. Observasi adanya kelembaban pada balutan yang saat ini terpasang


  1. Observasi kebutuhan balutan yang saat ini terpasang


  1. Observasi sistem IV untuk melihat apakah sistem tersebut berfungsi dengan baik atau ada komplikasi yang muncul. Selang infus atau kateter intravena tergulung, ada infiltasi serta inflamasi  (peradangan)

Menginformasikan waktu lamanya balutan yang sudah terpasang sejak terakhir kali diganti. Selain itu, perawat dapat merencanakan penggantian balutan.


Kelembaban nerupakan mnedia pertumbuhan bakteri. Kelembababan pada balutan yang streil membuat balutan tersebut terkontaminasi.

Balutan yang tidak merekat meningkatkan resiko kontaminasi bakteri pada tempat pungsi vena atau dapat menyebabkan kateter bergeser.

Penurunann kecepatan aliran yang tidak jelasatau nyeri dan pembengkakan pada daerah pungsi vena mengharuskan perawat menginvestigasi tempat pemasangan serta kepatenan kateter IV.
  1. Kumpulkan peralatan yang penting:
  2. Kassa steril ukuran 2×2 atau balutan transparan
  3. Larutan atau salep yodium-povidin
  4. Pengangkat plester
  5. Kapas alkohol
  6. Lembaran plester atau balutan polyurethane film
  7. Sarung tangan sekali pakai
Memungkinkan perawat melengkapi prosedur secara efisien dan aman
  1. Jelaskan prosedur kepada pasien
Membantu memperoleh kerja sama klien dan memberikan kerangka waktu pada klien dalam merencanakan aktivitas pribadinya.
  1. Cuci tangan
Mengurangi penyebran mikroorganisme.
  1. Kenakan sarung tangan sekali pakai
Mengurangi resiko kontak dengan bakteri HIV, hepatitis, dan bakteri lain yang ditularkan melalui darah.
  1. Lepaskan balutan transparan searah dengan arah pertumbuhan rambut klien atau lepaskan plester dan kasa dari balutan yang lama selapis demi selapis. Untuk kedua balutan transparan dan balutan kasa, biarkan plester yang memfiksasi jarum IV atau kateter tetap ditempat.
Mencegah kateter atau jarum bergeeser tanpa sengaja, yang dapat terjadi jika selang kateter terjerat antara dua lapisan balutan
  1. Hentikan infusan IV jika terjadi infiltrasi, flebitis, atau bekuan atau jika dokter memberikan instruksi untuk menghentikan infusan tersebut:
  2. Geser klem penggeser pada selang infus ke posisi berhenti
  3. Tempatkan kasa steril atau kapas alkohol diatas tempat pungsi (tusukan) vena dan lepaskan kateter atau jarum dengan menariknya keluar menjauhi tempat pungsi tersebut.
  4. Berikan tekanan pada daerah pungsi selama 1 sampai menit.
Mencegah cairan IV tumpah dan membasahi tempat tidur, klien, perawat, serta lantai.
Mencegah kerusakan vena.
Memeriksa kateter atau jarum untuk memastikan bahwa kateter atau jarum tersebut dalam keadaan utuh.
Mengontrol perdarahan dan pembentukan hematoma.
  1. Apabila infus IV mengalir dengan baik, lepaskan plester yang memfiksasi jarum atau kateter. Stabilkan jarum atau kateter dengan satu tangan.
Memperlihatkan tempat pungsi vena.
Mencegah kateter atau jarum bergeser tanpa sengaja.
  1. Gunakan pengangkat plester untuk membersihkan kulit dan mengangkat sisa plester.
Residu plester mengurangi kemampuan plester yang baru untuk merekat dengan baik pada kulit.


Mengganti Balutan IV(Lanj.)
LANGKAH
RASIONAL
  1. Bersihkan tempat insersi  dengan gerakan memutar  dimulai dari tempat pungsi kea rah luar dengan menggunakan yodium povidon biarkan insersi tersebut mongering selam 30 detik.
Gerakan memutar mencegah kontaminasi silang dari bakteri dikulit yang dekat tempat pungsi vena.
  1. Tukar lembaran plester perekat yang berada setengah inci dibawah kateter dengan plester yang menghadap ke atas untuk memfiksasi kateter atau jarum.
Mencegah kaeter atau jarum bergesr tanpa sengaja
  1. Oleskan salep atau berikan larutan yodium povidon di tempat pungsi vena. Biarkan larutan mengering rekatkan lembaran kedua plester yang kecil langsung diatas kateter.
Larutan atau salep yodium povidon merupakan antiseptic topical jenis germisida yang mengurangi bakteri dikulit.
  1. Pasang kasa berukuran 2×2 atau balutan transparan dipilih pasang balutan tersebut searah dengan arah pertumbuhan rambut.
Memberikan barier untuk melawan bakteri
  1. Fiksasi selang intravena dengan lembaran plester tambahan
Mencegah jarum atau plester bergeser secara tak sengaja
  1. Tulis tanggal dan waktu penggantian balutan langsung pada balutan
Mendokumentasikan penggantian balutan
  1. Kaji kembali fungsi dan kepatenan system IV sebagai respon terhadap penggantian balutan
Memvalidasi bahwa pemasangan IV paten dan berfungsi dengan baik

  • JENIS CAIRAN INFUS

  1. Cairan hipotonik:
            Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
  1. Cairan Isotonik:
Osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
  1. Cairan hipertonik:
Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.
Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:
  1. Kristaloid.
Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volumeexpanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasienyang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
  1. Koloid.
Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar darimembran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dandapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.

Contoh :
1)      Natrium Klorida 0,9 %, Komposisi : NaCl : 4,5 gr, Air untuk injeksi : 500 ml, Osmolaritas : 308 mOsm/l, Na+ : 154 mEq/l, Cl–  : 154 mEq/l
2)      Ringer Laktat, Komposisi : Natrium Laktat, C3H5NaO3 : 1,55 gr, Natrium Klorida, NaCl : 3,0 gr, Kalium Klorida, KCl : 0,15 gr Kalsium Klorida, CaCl2.2H2O : 0,1 grAir untuk injeksi : 500 ml, Osmolaritas : 274 mOsm/l, Na+ : 130 mEq/l, K: 4 mEq/l, Cl: 109,5 mEq/l, Ca2+ : 2,7 mEq/l, Laktat (HCO3¯) : 27,5 mEq/l
3)      Glukosa 5%. Komposisi : Glukosa, C6H12O6. H2O : 25,0 gr, Air untuk injeksi : 500 ml, Osmolaritas : 280 mOsm/l, Setara dengan : 800 KJ/l (190 kkal/1
  • MACAM-MACAM CAIRAN INFUS
  1. ASERING
    1. Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
  1. Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
  1. Keunggulan:
1)        Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hati
2)        Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus
3)        Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan isofluran
4)        Mempunyai efek vasodilator
5)        Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema serebral
  1. KA-EN 1B
    1. Indikasi:
1)        Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
2)        < 24 jam pasca operasi
3)        Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
4)        Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam


  1. KA-EN 3A & KA-EN 3B
    1. Indikasi:
1)        Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
2)        Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
3)        Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
4)        Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

  1. KA-EN MG3
    1. Indikasi :
1)      Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
2)      Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
3)      Mensuplai kalium 20 mEq/L
4)      Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
  1. KA-EN 4A
    1. Indikasi :
1)      Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
2)      Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal
3)      Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
4)      Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
  1. KA-EN 4B
    1. Indikasi:
1)      Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
2)      Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
3)      Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
4)      Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
  1. Otsu-NS
    1. Indikasi:
1)      Untuk resusitasi
2)      Kehilangan Na > Cl, misal diare
3)      Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)
  1. Otsu-RL
    1. Indikasi:
1)      Resusitasi
2)      Suplai ion bikarbonat
3)      Asidosis metabolik
  1. MARTOS-10
    1. Indikasi:
1)      Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik
2)      Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein
3)      Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
4)      Mengandung 400 kcal/L
  1. AMIPAREN
    1. Indikasi:
1)      Stres metabolik berat
2)      Luka bakar
3)      Infeksi berat
4)      Kwashiorkor
5)      Pasca operasi
6)      Total Parenteral Nutrition
7)      Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
  1. AMINOVEL-600
    1. Indikasi:
1)      Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
2)      Penderita GI yang dipuasakan
3)      Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
4)      Stres metabolik sedang
5)      Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)


  1. PAN-AMIN G
    1. Indikasi:
1)      Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
2)      Nitrisi dini pasca operasi
3)      Tifoid
  • Penghitungan Kecepatan Aliran
Penghitungan kecepatan aliran perlu untuk melengkapi pemberian cairan dan obat-boatan IV yang aman.Informasi yang diperlukan untuk menghitung kecepatan aliran meliputi berikut ini :
  1. Volume cairan yang diinfuskan
  2. Waktu infuse total
  3. Kalibrasi set pemberian yang digunakan (jmlah tetesan/ml,informasi ini ditemukan pada paket selang IV).
Pabrik-pabrik selang IV  menggunakan 10,12,15,20,60 tetesan (gtt)untuk memberikan ml cairan.Untuk menghitung kecepatan IV setiap jam, gunakan rumus berikut ini :
Gtt/ml dari set x  volume total per jam = gtt/menit
   60 menit

1000 ml selama 8 jam = 125ml/jam ; 10 gtt/ml set infuse
10 gtt/ml          x  125 ml/jam =               10 gtt      = 1       +    125   = 20 gtt/ menit
           60 menit                  60 menit                      6                1

Karena 10/60 sama dengan 1/6 , volume per jam dapat dibagi dengan 6 untuk menentukan tetesan per menit pada set IV yang memberikan 10 tetes/ml.
1000 ml selama 10 jam = 100 ml/jam ; 15 gtt/ml set infuse
15 gtt/ml    x   100 ml/jam  =  15 gtt   =  1  +   100 ml/jam = 1  +  100  = 25 gtt/menit
60 menit                              60 menit       4             1              4        1
Kewaspadaan Klinik : Penghitungan untuk set selang infusnya adalah : gtt/ml/set infuse
12 gtt   = 1/5 atau dibagi dengan 5
60 mnt

15 gtt   = ¼ atau dibagi dengan 4
60 mnt
20 gtt     =  1/3  atau dibagi dengan 3
60 mnt
60 gtt     = 1 atau dibagi dengan  1
60 mnt
Seringkali volume 24 jam diinstruksikan oleh dokter.Bagi volume yang telah ditentukan dengan 24 sebelum menggunakan rumus diatas.
3000 ml/ 24 jam
3000 : 24
3000   x     1     =125 ml/jam
1             24
Untuk menghitung tetesan per menit untuk volume cairan yang ditetapkan dalam ml/jam , beralih ke langkah berikut
Gtt/ml dari set    = volume total/jam = gtt/mnt
     60 mnt
Jika obat piggyback IV volume kecil diberikan melalui jalur IV yang sama sebagai infuse yang kontinu, infuse IV tidak akan tepat waktu kecuali waktu yang dibutuhkan untuk menginfus obat piggyback tersebut dimasukkan dalam penghitunga total.Kurangi waktu yang diperlukan untuk infuse piggyback dari periode 24 jam sebelum menghitung tetesan / menit untuk IV yang kontinu.
Cairan IV 3000 ml 24 jam
Obat piggypack
50 ml selama 20 menit x 3 dalam 24 jam = 1 jam
24 jam – 1 jam =23 jam
3000 ml + 23
3000  x  1  = 130 ml/jam
1               23


Komplikasi yang timbul akibat kesalahan terapi intra vena

  • Flebitis didefinisikan sebagai inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia maupun mekanik. Hal ini dikarakteristikan dengan adanya  daerah yang memerah dan hangat di sekitar daerah penusukan atau sepanjang vena, nyeri atau rasa lunak di daerah penusukan atau sepanjang vena atau pembengkakan. Insiden flebitis meningkat sesuai dengan lamanya pemasangan jalur intravena, komposisi cairan atau obat yang di infuskan (pH dan tonisitasnya), ukuran dan tempat kanula dimasukan, pemasangan jalur IV yang tidak sesuai dan masuknya mikroorganisme pada saat penusukan. Flebitis dapat dicegh dengan menggunakan teknik aseptik selama pemasangan, komposisi cairan, medikasi ketika memilih tempat tusukan, mengobservasi tempat penusukan setiap jam, dan menempatkan kateter atau jarum dengan baik.
  • Tromboflebitis mengacu pada adanya bekuan ditambah dengan peradangan dalam vena. Hal ini dikarateristikkan dengan adanya nyeri yang terlokalisasi, kemerahan, rasa hangat, dan pembengkakan di sekitar tempat penusukan atau sepanjang vena, imobilisasi ekstremitas karena rasa tidak nyaman dan pembengkakan kecepatan aliran yang tersendat, demam, malaise, dan leukositosis. Tromboflebitis dapat dicegah dengan menghindarkan trauma pada vena saat IV dimasukan, mengobservasi tempat penusukan setiap jam,  dan mengecek komposisi tambahan pengobatan untuk kompabilitas.
  • Hematoma terjadi sebagai akibat dari kebocoran darah ke jaringan sekitar tempat penusukan. Hal ini disebabkan karena pecahnya dinding vena yang berlawanan selama penusukan vena, jarum bergeser keluar vena, dan tekanan yang tidak sesuai yang di berikan ke tempat penusukan setelah jarum atau kateter dilepaskan.
  • Bekuan(clotting) pad jarum merupakan komplikasi lokal yang lain. Hal ini karena selang IV tertekuk, kecepatan aliran yang terlalu lambat, kantong IV yang kosong, atau tidak memberikan aliran setelah pemberian obat atau larutan interrmiten. Tanda dan gejalanya adalah penurunan kecepatan aliran dan aliran darah b kembali ke selang IV.

  1. Evaluasi

–          Perhatiakan kelancaran infus
–          Perhatiakan respon klien terhadap pemberian tindakan
–          Kebutuhan intake cairan pasien terpenuhi
–         










Tidak ada komentar:

Posting Komentar